Rabu, 09 November 2016

Tugas Softskill



1.       Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pada faktor bisnis corporate ?

a.       Karakter Pribadi
Karna karakter pribadi dibatasi pada nilai pribadi, tingkat perkembangan moral dan karakter demografi yang dipilih. Nilai pribadi sangat mempengaruhi perilaku etis.
b.       Karakter Perusahaan
Riset etika bisnis sebagian besar berfokus pada beberapa hal yaitu iklim perusahaan, tujuan perusahaan dan investigasi stakeholder. Salah satu ukuran yang digunakan dalam fokus ekonomi mengevaluasi etika perusahaan adalah iklan. Pesan yang disampaikan melalui iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap nama baik perusahaan. Pemahaman iklim perusahaan juga dapat memberikan petunjuk mengenai perilaku individu yang sesuai untuk mencapai tujuan perusahaan.
c.        Pengambilan Keputusan
Dimensi etika dipengaruhi oleh jenis masalah yang dihadapi oleh pengambilan keputusan, sebagai contoh adalah manajer pemasaran menghadapi permasalahan etika yang berbeda dengan manajer operasional karena bidang yang dihadapi juga berbeda.


2.       Contoh kode etik pada bisnis ?

Berikut ini adalah contoh kode etik yang biasanya berlaku pada perusahaan-perusahaan yaitu :

Ø  Konsistensi dalam bertindak
Ø  Menaati peraturan yang di jalani
Ø  Jujur dan tidak berbohong
Ø   Bersikap Dewasa dan tidak kekanak-kanakan
Ø  Lapang dada dalam cara berkomunikasi
Ø  Menggunakan panggilan atau sebutan nama orang dengan baik
Ø   Menggunakan pesan bahasa efektif dan efisien
Ø   Tidak mudah emosi atau emosional
Ø  Berinisiatif sebagai pebisnis pembuka dialog
Ø  Harus lapor kepada atasan masing-masing departement jika ingin ijin keluar kantor
Ø  Setiap karyawan tidak boleh sembarangan membuka file karyawan lain
Ø  Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
Ø  Menggunakan pakaian yang pantas dan menyesuaikan keadaan
Ø    Bertingkah laku yang baik
Ø  Bisa bekerjasama di bawah tekanan



3.      Apa keterkaitannya kode etik bisnis dengan kode etik auditor?

Menurut pendapat saya, seorang akuntan publlik atau auditor  diharapkan mampu menjalankan tugas atau pekerjaannya dengan baik dan profesional untuk terwujudnya bisnis atau pekerjaan yang baik dan sesuai yang di harapkan. Untuk mewujudkan terlaksananya bisnis yang baik, akuntan publik atau auditor diharapkan menerapkan sepenuhnya kode etik akuntan public. Etika bisnis sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan agar mampu mewujudkan kinerja yang lebih baik aktual dan terpercaya.

Senin, 17 Oktober 2016

Etika Profesi Akuntansi





(Kasus PT. Great River International Tbk)

PT. GREAT RIVER INTERNATIONAL Tbk

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
PT. GREAT RIVER INTERNATIONAL Tbk

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

BAPEPAM menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan pada Great River. Tidak menutup kemungkinan, Akuntan Publik yang menyajikan laporan keuangan Great River itu ikut menjadi tersangka. Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003. Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Seperti diketahui, sejak Agustus lalu, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku 2003. Menurut Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan Great River. Fuad juga menjelaskan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas laporan perusahaan. Akuntan, menurutnya, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa dalam tugasnya. “Dia bisa dikenakan sanksi berat untuk rekayasa itu,” katanya untuk menghindari sanksi pajak.Menanggapi tudingan itu, Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah telah melakukan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan Great River. Deputy Managing Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima perusahaan. Dia menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja. Johan Malonda & Rekan mulai menjadi auditor Great River sejak 2001. Saat itu perusahaan masih kesulitan membayar utang US$ 150 Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River mendapat potongan pokok utang 85 persen dan sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman tersebut. Sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan Great River ke Kejaksaan Agung pada tanggal 20 Desember 2006. Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan tekstil itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang Rp 250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp400miliar.


a.      Tanggapan

Kasus yang dilakukan oleh PT Great River International telah melanggar prinsip-prinsip etika yang digariskan dalam kode etik akuntansi, yaitu prinsip tanggung jawab profesi yaitu
Pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Great River International Tbk tahun 2003. Kepentingan  publik yang di lakukan  Justinus A Sidharta telah melakukan kebohongan publik yang tidak menyampaikan atau melaporkan kondisi keuangan secara jujur. Dibuktikan telah ditemukannya indikasi konspirasi penyajian laporan keuangan PT Great River International. Integritas  dalam hal ini selama mengaudit buku Great River pihak Deputy Managing Director Johan Malonda, Junstinus A. Sidharta mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. Dari segi objektivitas adanya dugaan overstatement penjualan dikarenakan menggunakan metode pencatatan akuntansi yang berbeda. Karena melakukan kebohongan publik yang tidak melaporkan kondisi keuangan secara jujur. Sebagai akuntan publik yang baik Justinus Aditya Sidharta seharusnya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan dalam mengaudit laporan keuangan PT Great River International Tbk. harus sama menggunakan metode pencatatan akuntansi dengan ketetuan yang ada dan tidak berbeda. Walaupun pencatatan tersebut dapat menimbulkan dumping dan sanksi perpajakan setidaknya laporaan audit yang dibuat disampaikan secara jujur dan tidak ada indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan. Jadi, tidak akan menimbulkan adanya dugaan overstatement penjualan dan juga tidak merugikan pihak- pihak yang bersangkutan.

b.       Kenapa etika profesi itu penting

Etika profesi sangat memiliki arti dan peran penting dalam kehidupan manusia karena sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasakeahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadisebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

c.       Lebih penting mana etika atau kemampuan pribadi

Kedua sikap merupakan hal yang penting akan tetapi etika di sini lebih penting karena etika profesi menekankan Seorang berlaku profesional  terhadap pekerjaannya  dengan bekerja cemerlang tidak akan bekerja dengan sembarangan Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya loyalitas tetapi etika profesilah yang sangat penting. Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga bila suatu profesi tanpa etika akan terjadi penyimpangan -penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan mengakibatkan kehilangan kepercayaan yang berdampak sangat buruk, karena kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang dipakai dalam suatu pekerjaan.









Jumat, 13 Mei 2016

Kalimat Passive Voice dalam artikel



Everyone Must Visit Indonesia: French Journalists
TEMPO.CO, Jakarta - As many as 16 French journalists visited Jakarta, Thousand Islands, Bandung and Bali from April 29 to May 6, 2016. Accompanying the journalists was Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Eka Moncarre and Indonesian Embassy staff Esther Polhaupessy.
Eka Moncarre said that the trip was arranged so that French journalists would publish their experience when visiting Indonesia in magazines, newspapers and other forms of publication.
Anna David with Courrier de Gironde, Bordeaux, said that Indonesia was a contrast and constant country.
"I'm very lucky to have a chance to visit Bandung with diverse and friendly people," she said.
According to Anna, Jakarta is a fast growing metropolitan city, while Bali with its temples and rice fields managed to captivate the participants
"One thing for sure, everyone must visit Indonesia," Anna suggested.
Another journalist Evelyne Dreyfus with "Tout pour les femmes" and JFM Radio said that Indonesia had extensive territories with diverse ethnicities. Everyline admitted that not only she enjoyed the trip, but also she learned about humanity and sociology.
"Indonesian tourism must be protected so that it would not be harmed by mass tourism," Evelyne added.
Nia Niscaya, director of tourism market development for Europe, Middle East, United States and Africa at the Tourism Ministry, said that the trip was a part of the strategy to boost the number of French tourists visiting Indonesia. Nia revealed that the Ministry had worked with the Indonesian Embassy in Paris to participate in tourism fairs in France and opened VITO representative office in Paris.
This year, it is expected that the tourism sector will attract 12 million foreign tourists and contribute US$12.7 billion to the state income. In addition to promoting Wonderful Indonesia to 11 priority countries, Indonesia would also approach the country through culinary, Nia explained.
The Tourism Ministry has set a target to attract as many as 250,000 French tourists to visit Indonesia this year, which is higher than last year's target at 210,000 tourists.
Answer :
1.      "Indonesian tourism must be protected so that it would not be harmed by mass tourism," Evelyne added. ( Past Future Tense)


A world on fire
Until politicians call a halt, Indonesia’s forests will keep burning
Feb 27th 2016

IT WAS ONE of the most important trips of his young presidency. Last October Jokowi and a bevy of advisers and businesspeople went to Washington, DC, to meet Barack Obama. They were due to go on to Silicon Valley to show off Indonesia’s burgeoning startups. But as his team flew west, Jokowi flew east, summoned home by a crisis: Kalimantan and Sumatra were blanketed by the haze of hundreds of thousands of fires.
Such fires rage every year, but in 2015 a dry spell caused by the El Niño weather pattern made them especially severe. Smoke settled over Singapore for months and even reached Cambodia, Vietnam and the Philippines. At least 2m hectares of forest were burned. Dozens of people were killed and hundreds of thousands sickened. For much of last October greenhouse gases released by those fires exceeded the emissions of the entire American economy. The losses over five months of fires amounted to around 2% of the country’s GDP.
Last year was worse than usual, but only in degree, not in kind. Between 2001 and 2014 the country lost 18.5m hectares of tree cover—an area more than twice the size of Ireland. In 2014 Indonesia overtook Brazil to become the world’s biggest deforester.
One of the reasons for those forest fires is economic. The country produces well over half the world’s palm oil, a commodity used in cooking and cosmetics, as a food additive and as a biofuel. It accounts for around 4.5% of Indonesia’s GDP, and demand is still rising. To meet it, Indonesian farmers set fires to clear forest and make way for new plantations. Often these forests grow on peatlands, which store carbon from decayed organic matter; in tropical regions these hold up to ten times as much carbon as surface soil. Draining peatlands releases all of that carbon. The peat also becomes a fuel, so it is not just felled trees that are burning but the ground itself.
But politics also plays a part. The government’s response to last autumn’s haze was no better than it had been under Jokowi’s predecessors. The president declared a moratorium on peatland-development licences and called for peat forests to be restored, even as his agriculture minister pointed out that burned peatland can be used for corn and soyabean planting. Neither set of comments made any discernible difference on the ground in Sumatra and Kalimantan. To cap it all, Jusuf Kalla, the vice-president, came up with a creative response to Singapore’s complaints about the air pollution: “For 11 months our neighbours enjoyed nice air from Indonesia and they never thanked us.” Fortunately for Indonesia (and the planet) the rainy season put an end to the mayhem in late October.
Answer :
2.      Kalimantan and Sumatra were blanketed by the haze of hundreds of thousands of fires. (Simple Past Tense)
3.      a dry spell caused by the El Niño weather pattern made them especially severe. ( Simple Present Tense)
Indonesia accepts FIFA ban on national coach

 
Aji Santoso: (Tribunnews.com)
Indonesia coach Aji Santoso has been banned for four games and fined by FIFA for accusing match officials of taking bribes during a 10-0 loss to Bahrain in World Cup qualifying [1].
The Indonesian Football Association and Santoso said on Wednesday they accepted the punishments but didn't rule out an appeal. Santoso, now coaching the national under-23 side, was fined $6,530.
Santoso was red-carded by Lebanese referee Andre Al Haddad in the 75th minute of February's match in Manama following allegations he accused Al Haddad of being bribed [2].
FIFA said Santoso told the officials “(there is) money involved (here).” [3].
In the second minute, Al Haddad sent off Indonesia's goalkeeper and awarded four penalties to Bahrain, which needed to make up a nine-goal deficit on Qatar to have a chance of advancing to the next round.
However, Qatar drew 2-2 with Iran, and those two advanced.
FIFA called the outcome "unusual" and launched an investigation.
Indonesia was warned by FIFA before the match to send its strongest team, but an inexperienced team was selected after Indonesia suspended players from clubs in the breakaway Indonesian Super League.
Edi Ellison, the spokesman for the Indonesian association, said they will wait to decide on an appeal after the result of FIFA's probe.
Because of the loss to Bahrain and the breakaway league, the government was planning to cut funding to the association.
Answer :
4.      Indonesia coach Aji Santoso has been banned for four games and fined by FIFA for accusing match officials of taking bribes during a 10-0 loss to Bahrain in World Cup qualifying (Present Perfect)
5.      Santoso was red-carded by Lebanese referee Andre Al Haddad in the 75th minute of February's match in Manama following allegations he accused Al Haddad of being bribed.( Simple Past)
6.      FIFA said Santoso told the officials “(there is) money involved (here). (Simple Present)

An introduction to the cultural variety of Indonesia
Religion
The range of religions practised in Indonesia is diverse, although around 90% of Indonesians identify themselves as being Muslim, the largest Muslim population of any country in the world. There are six religions recognised by the government - Islam, Protestantism, Catholicism, Buddhism, Hinduism and Confucianism - meaning citizens must identify themselves as belonging to one of these on official identity documents. The Indonesian constitution or state philosophy, Pancasila, provides freedom of religion, although religions other than the official six are considered beliefs and are not legally practised. Nor is atheism recognised, and blasphemy can lead to imprisonment.
The Islam practised in Indonesia is predominantly of the Sunni tradition, and is more concentrated in areas including Java and Sumatra. Those who adhere to the Shi’a tradition number around one million. Despite a large percentage of the population following Islam, Indonesia is not an Islamic state, although some groups have called for this over the decades.
Protestantism is more concentrated in the provinces of Papua and North Sulawesi, whilst most of the population of the island of Flores are Roman Catholic. Buddhism is mostly practised around Jakarta, by Chinese and some indigenous Javanese peoples. Hinduism meanwhile, known formally as Agama Hindu Dharma and followed by most of the population of Bali, differs somewhat from the Hinduism practised in other countries in that the caste system isn’t applied. The sixth religion mentioned, Confucianism, has had a changing position in Indonesian religions, losing its official status in 1978, to then have it reinstated from 2000 onwards.
Other religions in addition to those officially recognised are practised around Indonesia, but citizens must affiliate themselves to one of the six on identity cards etc. There is a small Jewish community, and Animism and Kebatinan are also practised. The constitution gives freedom of worship according to religious belief, although the first principle of Pancasila, the Indonesian state philosophy, is of the belief in one supreme God.
Answer :
7.      Buddhism is mostly practised around Jakarta, by Chinese and some indigenous Javanese peoples (Simple Present Tense)
8.      Hinduism meanwhile, known formally as Agama Hindu Dharma and followed by most of the population of Bali, differs somewhat from the Hinduism practised in other countries in that the caste system isn’t applied (Simple Present Tense)